Translate

Rabu, 18 September 2013

Sekilas Tentang Saya

    Namaku Sasmitha, umurku sekarang 19. Aku lahir di Pematang Siantar, sebuah kota kecil yg sangat indah. Sekarang aku tinggal di Tangerang. Aku bekerja di salah satu perusahaan di serpong. Di sini aku mencoba mengubah nasibku dan keluargaku utk kehidupan yg lebih baik lagi. Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku, itulah cita-citaku. Aku lulusan SMK, dan aku punya keinginan kuat utk kuliah samapi jenjang S1.Amin.

    Aku anak pertama dari lima bersaudara dan aku boru sasada(anak perempuan satu-satunya). Karena aku anak yg paling gede jadi aku punya tanggung jawab yang besar dalam keluargaku untuk membuat semua keluargaku bahagia. Amin.

Selasa, 11 Desember 2012

AKSARA BATAK

 Horassss !!!!!
 Sebagai orang batak saya bangga dan akan budaya batak. Saya ingin sekali menulis artikel ini untuk menambah pengetahuan kita akan budaya batak. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua...

 












Aksara Batak dan Sejarahnya

Surat Batak sering diklasifi­kasikan sebagai sebuah silabogram, namum ini jelas keliru karena aksara Batak – sebagaimana juga aksara-aksara lainnya di Nusantara – merupakan bagian dari rumpun tulisan Brahmi (India) yang lebih tepat dapat diklasifikasikan sebagai abugida (paduan antara silabogram dan abjad). Sebuah abugida terdiri dari aksara yang melambangkan sebuah konsonan sementara vokal dipasang pada aksara sebagai diakritik. Abugida adalah jenis tulisan yang bersifat fonetis dalam arti bahwa setiap bunyi bahasanya dapat dilambangkan secara akurat.

Asal Usul Aksara Batak

Paleografi adalah ilmu tentang tulisan-tulisan kuno. Di banyak masyarakat yang mengenal tulisan terdapat naskah-naskah kuno yang umurnya dapat mencapai ratusan atau bahkan ribuan tahun. Aksara yang terdapat pada naskah-nas­kah kuno pada umumnya berbeda de­ngan ak­sara yang ter­da­pat dalam naskah yang lebih baru. Dengan cara memper­ban­ding­kan aksara-akasara yang terdapat dalam naskah-naskah lama, kita dapat menyusun semacam silsilah aksara.
Sebagian besar sistem tulisan yang ada di Afrika, Eropa, dan Asia ber­asal dari satu sumber, yakni ak­sara Semit Kuno yang menjadi ne­nek moyang tulisan-tulisan Asia (Arab, Ibrani dan India) maupun Eropa (Latin, Yunani dsb.)
Aksara Batak termasuk keluarga tulisan India. Aksara India yang ter­tua adalah aksara Brahmi yang menurunkan dua kelompok tulisan yakni In­dia Utara dan India Selatan. Aksara Nagari dan Palawa masing-masing ber­asal dari kelompok utara dan selatan dan kedua-duanya per­nah di­pa­kai di berbagai tem­pat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Casparis 1975). Yang paling berpengaruh adalah aksara Palawa. Semua tulisan asli Indonesia berinduk pada aksara tersebut.
Pada Gambar berikut dapat dilihat di mana se­cara garis besar tempatnya aksara Batak dalam sil­silah tulisan sedunia.
 
Aksara Batak terdiri dari beberapa macam yaitu Aksara Batak Pakpak, Aksara Batak Simalungun, Aksara Batak Karo, Aksara Batak Mandailing, dan Aksara Batak Toba. Aksara tersebut ada persamaan dan ada sedikit perbedaan, sebagai gambaran perhatikan tabel perbandingan Aksara-aksara Batak tersebut
 Oleh karena banyak mempunyai persamaan, sebagai contoh saya akan mengambil satu jenis Aksara Batak yaitu Aksara Batak Toba
Bentuk hurup serta pengetikan
Hurup untuk mengubah bunyi
 

















Van der Tuuk berpendapat bahwa perkembangan aksara Batak terjadi dari selatan ke utara, dan bahwa daerah asalnya di Mandailing (Tuuk 1971:77). Parkin (1978:100) juga berpendapat demikian karena alasan-alasan berikut:
Aksara Nya, Wa dan Ya melambangkan tiga bunyi yang terda­pat dalam bahasa Mandailing sementara dalam bahasa Toba tidak ada bunyi [ny], [w], atau [y]. Dengan demikian ketiga huruf tersebut sebenarnya mubazir karena tidak terdapat bunyinya dalam bahasa Toba. Sebagai contoh, Mandailing sayur menjadi saur di Toba, manyurat menjadi manurat. Pada bahasa Pakpak dan Karo tidak ada bunyi [ny] dan juga tidak ada aksara Nya. Keberadaan Nya di aksara Toba membuktikan bahwa aksara Toba berasal dari Mandai­ling.
Argumentasi Parkin sangat masuk akal. Sekiranya aksara Batak mula-mula tercipta di Toba, tak mungkin ada huruf Nya, karena ti­dak ada bunyi itu dalam bahasa Toba. Di Tanah Karo ­– daerah yang paling utara le­taknya, huruf (yang di selatan berbunyi Nya) berubah maknanya menjadi Ca. Ternyata urutan dalam abjadnya tetap sama dengan posisi Nya ialah antara La dan I. Dengan demikian, huruf menunjukkan bahwa perkembangan aksara Batak adalah dari selatan ke utara.
Penulisan Surat Batak sendiri diperkirakan telah ada sejak abad ke-13  yang digunakan untuk menulis naskah-naskah kuno Batak yang di antaranya termasuk buku dari kulit kayu yang dilipat seperti akordeon atau disebut sebagai Pustaha. Pada zaman dahulu Pustaha hanya ditulis dan dipergunakan oleh Datu (dukun) yang berisikan penanggalan dan ilmu nujum. Jadi dapat disimpulkan bahwa Surat Batak dahulu kala hanya diketahui oleh sebagian kecil kelompok masyarakat Bangsa Batak.
Penggunaan Surat Batak
Secara garis besar Surat Batak terbagi dalam dua kategori yaitu : ina ni surat dan anak ni surat. Ina ni surat merupakan huruf-huruf pembentuk dasar huruf aksara Batak. Selama ini, ina ni surat yang dikenal terdiri dari: a, ha/ka, ba, pa, na, wa, ga, ja, da, ra, ma, ta, sa, ya, nga, la, ya, nya, ca, nda, mba, i, u. Nda dan Mba adalah konsonan rangkap yang hanya ditemukan dalam variasi Batak Toba.
Anak ni surat dalam aksara batak adalah komponen fonetis yang disisipkan dalam ina ni surat (yang juga disebut tanda diakritik) yang berfungsi untuk mengubah pengucapan/lafal dari ina ni surat. Tanda diakritik tersebut dapat berupa tanda vokalisasi, nasalisasi, atau frikatif. Anak ni surat ini terdiri dari:
  • Bunyi [e] (hatadingan)
  • Bunyi [ŋ] (paminggil)
  • Bunyi [u] (haborotan)
  • Bunyi [i] (hauluan)
  • Bunyi [o] (sihora)
  • Pangolat (tanda untuk menghilangkan bunyi [a] pada ina ni surat)
Seperti halnya ina ni surat, anak ni surat dalam aksara Batak juga disusun menurut tradisi mereka sendiri, yaitu: [e], [i], [o], [u], [ŋ], [x]. Tanda diakritik juga memiliki varian bentuk antara suatu daerah dengan daerah lainnya yang menggunakan aksara yang sama. Di bawah ini disajikan contoh penggunaan tanda diakritik dengan huruf Ka, dan varian tanda pangolat.


Untuk menghilangkan bunyi “a” pada ina ni surat digunakan tanda pangolat
Contoh


Untuk menghasilkan bunyi haborotan “u” digunakan huruf kapital yang bersangkutan
Contoh:


Beberapa aturan penulisan yang harus diperhatikan dalam menulis Aksara Batak adalah sebagai berikut:
1. Jika hatadingan “e” dan haluaan “o” adalah sebuah suku kata yang berdiri sendiri maka terlebih dahulu ditulis ina ni surat "a" lalu diikuti anak ni surat yang bersangkutan.
Contoh:
2. Jika “singkora” I dan “haborotan” U sebagai suku kata yang berdiri sendiri maka penulisan dapat berdiri sendiri.
Contoh:
3. Jika anak ni surat terletak di depan sebuah ina ni surat yang diikat oleh pangolat dalam satu suku kata, maka anak ni surat tersebut melekat pada ina ni surat yang di ikat pangolat

Contoh:


Perhatikan:
Kata ompung diatas terlebih dahulu dibagi suku katanya menjadi om – pung sehingga bunyi “o” melekat pada “ma” karena diikat oleh pangolat.


Perhatikan :
Kata doltuk terdiri dari suku kata dol – tuk sehingga bunyi “o” pada suku kata “dol” melekat pada “la” karena diikat oleh pangolat. Demikian juga bunyi “u” pada suku kata “tuk” melekat pada “ka” karena diikat oleh pangolat.


Perhatikan:
Kata “simanjuntak” terdiri dari suku kata si – man – jun –tak perhatikan penempatan bunyi bunyi “u” pada suku kata “jun” melekat pada “na” karena diikat oleh pangolat.

Tanda Silbe dan Opat Haloho
 

Silbe fungsinya untuk menandakan tanda sambung sebuah kata yang terpotong dalam sebuah baris kalimat
 Opat Haloho berfungsi untuk menandakan berakhirnya sebuah topik/cerita.